Bad Life Part 2

bad life bersion 4

______________

Author :  JewelAMD

Tittle    :  Bad Life Part 2

Genre  :  Romance, angst, family

Cast     :     – Han Min Rin

–          Cho Kyuhyun

–          Park Jung Soo

–          And other cast

Rating : PG15

Length: Chapter

______

Sepasang mata itu masih megerjap, mencoba membiasakan dengan terangnya cahaya lampu. Dilihatnya sekeliling, dan dia mendapati seorang namja berambut ikal tengah terbaring di atas lengan kirinya. Lengannya yang lain mulai teregerak membelai rambut ikal itu, ada rasa rindu untuk berdekatan seperti ini.

“Kau sudah bangun?” Kyuhyun meraih kompresan di dahi Min Rin. Meletakkan tangannya disana lalu sedikit menimang. “Setidaknya sudah lebih baik. Kau tau? Aku begitu cemas. Apa lebih baik kautinggal di rumahku saja?” Min Rin mengulas senyum, satu nilai plus dari Kyuhyun, perhatiannya yang begitu melimpah.

“Tak perlu” Min Rin meraih tangan Kyuhyun di kepalanya. Menggenggamnya dengan erat, masih dengan senyum di bibirnya. “Aku masih ingin hidup”

“kau masih takut pada uri aboeji?” sepasang mata kyuhyun mentap lekat ke obsidian min rin. Membuat gadis itu mengangguk perlahan.

“Dia begitu mengerikan saat melihatku, apalagi aku harus tinggal disana” kyuhyun sedikit terkekeh, disodorkannya mangkuk berisi bubur yang sudah dibuatkan Lee ahjumma, slah satu pelayan Kyuhyun yang sudah dianggap seperti ibu sendiri oleh Min Rin. Sejak 10 tahun lalu, ketika Kyuhyun memperkenalkan mereka, Min Rin kerap kali datang ke rumah Lee ahjumma untuk tidur, berkeluh kesah, bahkan terkadang bermanja. “Makanlah, Lee ahjumma bilang kau begitu suka bubur buatannya”

“Letakkan disana, aku belum ingin makan” gadis itu mencoba mendudukkan tubuhnya. Matanya masih menatap lekat kearah Kyuhyun. Otaknya memerintahkan untuk memperlakukan Kyuhyun dengan kasar, bila dipikir dengan logika, harusnya dia masih marah saat ini. Tapi dirinya melembut begitu saja.

“Baiklah, kuletakakkan disini, awas saja jika kau melewatkan makan malammu” Kyuhyun bergerak menjauhi ranjang, meletakkan mangkuk itu pada meja yang berjarak empat langkah dari tempat Min Rin berbaring. Dia menatap kerah jendela yang tertutup dengan tirai terbuka. Dapat dilihatnya betapa pekat gelapnya langit malam, “Wanita itu, aku benar-benar tak memilki perasaan padanya”

Deg. Jantung Min Rin seakan berhenti berdetak. Dia benar-benar  merutuki mulut Kyuhyun. Bab ini, bukanlah hal yang harus dibicarakan sekarang. Gadis itu hanya terdiam, tangannya mencengkram selimut dengan kuat.

“Mianhae” merasa tak ada jawaban apapun, Kyuhyun membalikkan badannya. Berjalan mendekati ranjang, duduk pada jarak beberap centi dengan gadisnya. Untuk kesekian kalinya mereka saling menatap. Kyuhyun dapat melihat kekhawatiran dari manic lawannya, sedangkan yang didapat gadis itu adalah penyesalaan dengan ketulusan. Sama seperti sebelum-sebelumnya.

“Jangan marah lagi ne” Kyuhyun mengecup kening Min Rin sekilas,

“Saat ini, aku hanya mencintaimu” ciumaannya turun ke hidung mancung gadis itu.

“Begitu juga hari-hari selanjutnya” dan bibirnya berhasil menempel sempurna di bibir Min Rin.

1 menit..

Min Rin masih membuka matanya lebar, terkejut dengan tingkah Kyuhyun yang tiba-tiba. Sedangkan namja itu telah memjamkan matanya, menikmati ciuman yang entah ke berapa dalam hubungan merka tiga tahun ini.

2 menit..

Gadis itu mulai memjamkan matanya, membiarkan bibir Kyuhyun menyentuh bibirnya dengan lihai. Merasakan getaran pada dirinya, juga degupan jantungnya yang semakin keras.

3 menit..

Tangan Min Rin mulai mengalung di leher Kyuhyun, saling menyesap, melumat.

4 menit..

Akal sehat Min Rin mulai sadar jika ini semua salah. Harga dirinya seharusnya tak semudah itu diinjak-injak Cho Kyuhyun. Harga dirinya, tak seharusnya dibeli hanya dengan sebuah ciuman. Dia sadar semua itu, tapi lagi-lagi fisiknya menyangkal semuanya.

5 menit..

Tangan gadis itu mulai mendorong tubuh Kyuhyun menjauh, membuat tautan mereka terlepas, “Hentikan, aku butuh nafas..”

Kyuhyun mengukir senyum tipisnya, tangannya menyodorkan segelas air putih yang sebelumnya dia letakkan diatas meja. Sejank, Min Rin mentap gelas itu ragu, seblum akhirnya menguknya tanpa sisa.

“Kau memaafkanku kan?” Kyuhyun menggenggam tangan Min Rin lembut. Menatap gadis itu dengan rasa saying. Perlahan kepala Min Rin mulai tergerak meng-iya-kan. Sesuatu yang klise, inilah yang selalu dia lakukan ketika Kyuhyun melakukan kesalahan, dia.. luluh hanya karena sebuah permintaan maaf lelaki brengsek.

“Baiklah, aku pulang dulu. Jangan lupa makan buburmu. Besok jangan pergi ke kampus, istirahatlah. Mungkin siangnya aku akan ke sini” Kyuhyun mengambil jaket yang tersampir di kursi. Mengecup kening Min Rin sekilas, lalu melenyap di balik pintu.

***

Seperti biasa, Seoul selalu padat dengan besi beroda empat. Macet bukanlah identitas Seoul, tapi inilah kenyataannya. Klakson-klakson saling bersahutan, menimbulkan kebisingan. Bising, sebagian orang begitu membencinya, tapi sebagian lagi justru menikmatinya. Dan Min Rin termasuk bagian orang yang menikmati kebisingan. Sejak kecil, dia benci kesunyian, sunyi berarti tak ada orang, sendiri. Dan kesendirian adalah hal yang paliang dia takutkan. Gadis itu tengah memandangi gedung-gedung tinggi juga pertokoan kecil lewat jendela yang bus yang tengah dia naiki. Tangannya menari diatas ponsel, mengetik belasan pesan untuk Taehyun.

Aku baik-baik saja, kau tak perlu mengantarku. Took buku dengan rumah Lee ahjumma tak terlalu jauh. Baik-baiklah dengan kangin, aku tak ingin mengganggu kencan kalian’

Bibir itu mengulas senyum tipis sebelum akhirnya menekan tombol send di ponselnya. Gadis itu memegang dahinya, masih demam. Dia tau, Kyuhyun akan menghabisinya saat pulang nanti. Tapi, berdiam diri di rumah juga bukan seorang Han Min Rin. Sejujurnya, dia pergi untuk menghindari Kyuhyun. Jauh di lubuk hatinya masih terluka, sangat amat terluka. Gadis itu memandang kaca, sedikit berkabut. Jari telunjuknya mulai tergerak menuliskan sesuatu.

‘Cho Kyuhyun, bisakah kau perlakukan aku seperti seorang wanita terhormat?’

Sedikit tersenyum, sebelum akhirnya menghapus rangkaian kata itu.

***

Min Rin melangkah meninggalkan deretan buku sastra, dia sudah mengambil tiga buku titipan Shin Hye, dua ddiantaranya cukup tebal dan yang terakhir tergolong tipis. Dia mulai melangkah menuju rak dengan tulisan biografi diatsnya. Kisah hidup Rembrant Van Rij, Cloude Monet, Pablo Picasso dan beberapa pelukis lain merupakan buku yang dia incar. Sebenarnya Min Rin lebih mendalami aliran Naturalisme juga realisme, dibanding Romantisme yang lebih terkesan dinamis atau surealisme sepertia Salvador Dali. Hanya saja, tugas kuliahnya memaksanya untuk belajar secara global. Gadis itu mulai menggerakkan maniknya, menatai tiap sudut buku, mengamati dengan cermat.

Menit ke lima setelahnya dia baru menmukan buku yang dia incar. Sebuah buku biografi kumpulan para pelukis, dengan sampul coklat tua. Gadis itu membawa buku-bukunya dengan sedikit kualahan. Sebenarnya tak terlalu berat, hanya saja demam seolah menguras tenaganya. Min Rin menggeret kakinya mndekati kasir, sebelum akhirnya langkah itu terhenti ketika kakinya berdiri tepat di deretan novel. Tangannya terulur menyapu novel dengan rak bertuliskan ‘Best Seller’. Sudah dua bulan lebih dia tak menyentuh novel-novelnya, melupakan hobinya sejenak untuk melupakan tugas kuliahnya yang menumpuk. Mata gadis it uterus menjelajah, mencari judul yang sekiranya menarik. Romance fantasi merupakan genre yang paling dia favoritkan. Cerita-cerita tentang vampire, sihir, ataupun seseorang yang loncat ke abad sebelumnya merupkan incaran seorang Han Min Rin.

Gadis itu masih larut dengan dunia novelnya, aksi mencari romance fantasinya belum juga berakhir. Ditangannya, sudah ada satu buku baru, novel berjudul ‘Fleur’ dengan kisah kehidupan dewa cukup menarik minatnya. Sejenak, dia menghentikan gerakan tangannya, matanya menatap lekat pada satu novel.

“Love, What is it?”

Dengan sedikit terkejut dia menggerakkan kepalanya, menatap kearah suara lain yang saat itu juga membaca hal yang sama, judul novel bersampul merah itu. untuk beberapa menit, mereka saling menatap. Obsidian indah lelaki itu cukup membuat seorang Han Min Rin terpikat. Mata itu tak terlalu sipit, juga tak terlalu lebar, mata yang terlihat menawan meskipun ada kabut gelap yang menutupinya. Mata indah itu tak terlihat bersinar seperti semestinya. Manic itu jelas terlihat berbeda dengan manik Kyuhyun. Tatapan yang Kyuhyun berikan, selalu terkesan berani, nakal, menggoda. Tapi tatapan yang Min Rin lihat saat ini, tatapan yang ada di depannya, terkesan menyumbinyakan sesuatu, sama seperti tatapan yang dia milki. Untuk sejenak, dia sedikit melupakan Kyuhyun. Melupakan luka yang menganga lebar di hatinya, dia lupa hanya dengan menatap manik itu.

“Sudah selsai? Aku ingin makan” suara merdu di belakang lelaki itu membuyarkan tautan tatapan mereka. Dengan tergesa Min Rin membuang mukanya, menatap ke arah tumpukan Novel. Entah kenapa, dia mulai malu untuk menatap mata itu, padahal beberapa menit lalu dia justru terpikat oleh maniknya.

“Sudah, kau mau kutraktir dimana?” merdu. Itu kesan pertama yang Min Rin tangkap. Memang tak semerdu Kyuhyun, tapi suara itu lebih terdengar hangat.

“Di kafe dekat rumahmu, bagaimana?” lelaki berambut hitam itu mendorong si rambut coklat-pria dengan manic menawwan. Sedangkan Min Rin masih emnghadap tumpukan novel dengan ujung matanya melirik lelaki itu.

“Changkaman” si rambut coklat merah itu meraih novel berjudul ‘Love, what is it?’, sebelum akhirnya beranjak menuju kasir.

Min Rin menolehkan kepalanya, menatapi kepergian lelaki itu dengan tak rela. Ada sesuatu yang membutanya ingin terus menatap lelaki itu. ditangannya, novel bersampul merah itu dengan beberapa buku lain yang dia ambil sebelumnya, “Cinta, apa itu? bukankah ini menarik?”

***

Min Rin menghela nafasnya cukup panjang. Ditatapnya tangga kayu di depannya dengan horror, dia tau riwayatnya kan habis. Lee ahjumma bilang, Kyuhyun telah menunggu di kamaranya.

“Kau belum naik?” suara Lee ahjumma membuyarkan lamunannya. Gadis itu mencoba mengulas senyum, meskipun bibirnya terasa kaku.

“Ne, sebentar lagi”

“Yasudah, ahjumma kembali ke rumah tuan muda dulu. Ada makanan di dapur, jika mau makan, hangatkan dulu” Min rin hanya menganggukkan keplanya, membiarkan wanita itu melangkah menjauhinya.

Gadis itu menatap tangga dengan mantap. Melangkahkan kakinya menaiki anak tangga satu per satu. Anak tangga pertama, kedua, ketiga, Min Rin menghentikan langkahnya, perdebatan panjang akan benar-benar dimulai setelah ini. Dilangkahkan kakinya menuju empat anak tangga terakhir. Dibukanya pintu kamar itu perlahan tanpa diketuk sebelumnya. Dilihatnya sosok lelaki tengah berdiri menatap keluar jendela, tangannya mengepal, min rin tau suasana hatinya tengah buruk tanpa perlu mentap wajahnya. Dengan segenap keberanian yang dia miliki, Min Rin menggeser kaki memasuki kamar mungilnya. Sejenak, Min Rin mendekati meja, meletakkan tas dan beberapa buku, sebelum akhirnya memeluk tubuh Kyuhyun dari belakang.

“Kyu..” bisiknya pelan, gadis itu mengeratkan pelukannya, meskipun tak ada sahutan dari sosok itu. “Aku tak bisa berdiam diri di rumah, kau tau kan?” Kyuhyun menghela nafas, punggungnya naik turun. Perlahan, dibaliknya tubuhnya menatap Min Rin. Tangannya tregerak menyentuh dahi gadis itu.

“Keras kepala! Demammu tambah tinggi” dengan langkah sigap Kyuhyun menggendong tubuh Min Rin, mebaringkannya pada  ranjang. “Tidurlah, kucarikan makanan. Setelah itu, minum obatmu” Min Rin membuka mulutnya untuk protes, namun lagi-lagi Kyuhyun menahannya. “Aku tak suka kau menolak”

***

Kyuhyun menuruni tangga dengan perlahan, melangkahkan kakinya menuju dapur. Dilihatnya ada beberapa makanan, tapi dia tak ingin Min Rin makan makanan bertekstur kasar terlebih dulu. Lelaki itu menatap jam tangannya, berpikir sejenak, lalu melangkahkan kakinya menuju pintu. Pikirnya, mungkin took bubur dekat rumah Lee ahjumma masih buka.

Tak butuh waktu lama, hanya beberapa langkah. Kyuhyun telah sampai di tempat itu, mengatakan pesanannya pada seorang pelayan, lalu duduk pada salah satu meja untuk menunggu. Dirasakannya ponselnya bergetar.

“Yeobseo” Kyuhyun mulai mengangkatnya tanpa gairah. Nomor assing, dia tak pernah menyimpannya.

“Oppa, bogoshippo” dan Kyuhyun langsung menghela nafas berat ketika suara itu menyapa alat pendengarannya.

“Bukankah tadi siang kita baru bertemu?”

“Tapi aku kangen, kapan kita bermain lagi?” Kyuhyun sedikit menyeringai.

“Bagaimana jika besok di apartemenmu?”

***

Hening. Sedari tadi gadis itu menggulingkan tubuhnya ke kanan-ke kiri. Mendapat dirinya hanya sendiri di kamar ini, apalagi Kyuhyun yang juga tak ada di rumah ini-gadis itu tau karena beberapa menit yang lalu Kyuhyun mengiriminya pesan. Dan dia benar-benar merasa tak nyaman dengan kesendirian. Diliriknya novel warna merah yang dia letakkan di atas meja, perlahan kakinya mendekat. Gadis itu membaca judulnya sekali lagi, lalu tersenyum sekilas. Untuk pertama kalinya selama sepuluh tahun ini dia tersenyum tanpa terorganisir. Ingatannya kembali pada lelaki berambut coklat dengan manik menawannya yang terkesan menutup-nutupi. Lelaki misterius, begitulah Min Rin menyebutnya.

Tangan Min Rin tergerak menyentuh jaket Kyuhyun yang tersampir di kursi. Bau parfum yang mnyengat membuat kepalanya pusing, dia tak pernah suka dengan bau berlebihan. Sejenak, Min Rin menegrnyitkan dahinya. Parfum ini, bukan parfum Kyuhyun. Min Rin sangat ingat hal itu. terlebih, ini parfum seorang wanita. Changkaman, wanita? Min Rin semakin menautkan alisnya. Dadanya bergemuruh, dia ketakutan.

“Mungkinkah..” mata Min Rin masih menatap lekat jaket Kyuhyun. Tangannya gemetar, rasa terluka yang bahkan belum terobati kini bertambah parah. Perasaan gemetar itu semakin menjadi, jaket milki Kyuhyun terjatuh bersamaan dengan tubuh Min Rin yang ikut merosot ke lantai.

“Min Rin ini aku bawakan bu..” Kyuhyun tercekat ketika melihat tubuh Min Rin terduduk di lantai, dengan tangan menggenggam erat jaket Kyuhyun. Lelaki itu dapat melihat jelas bagaimana wajah Min Rin, rambutnya yang terurai terlihat acak-acakan menutupi wajah gadis itu. dengan segara Kyuhyun meletakkan bubur yang di belinya di atas meja. Mendekati tubuh rapuh Min Rin dengan tergesa.

“Gwencahana?” lelaki itu mencoba meraih lengan Min Rin, menggenggamnya.

“Lepaskan” suara itu bergetar, membuat tingkat kekhawatiran Kyuhyun mencapai puncak. Tanpa memperdulikan perkataan Min Rin, Kyuhyun semakin memepererat cengkramannya. “LEPASKAN CHO!” Kyuhyun terkesiap, perlahan cengkramannya mulai mengendur hingga melepas. Dia tau, Han Min Rin begitu marah padanya. Cho, panggilan itu hanya akan dilakukan saat dia benar-benar maarah pada Kyuhyun.

“Han Min Rin, wae geurrae?” gadis itu mendongkkan kepalanya, menatap Kyuhyun dengan lekat. Setetes air mengalir di sudut mata gadis itu. rasa sesak kembali menyelimuti hatinya. Perlahan tapi pasti, tangan Min Rin tergerak melempar jaket Kyuhyun tepat ke wajahnya.

“Serendah apa harga diriku di matamu?” tenang tapi tajam. Suara gadis itu masih bergetar, digigitnay bibir bawahnya yang mulai memucat.

“Apa yang kaukatakan? Harga dirimu jelas begitu tinggi”

“Benarkah?” gadis itu mengukir senyum pahit, mengepalakan tangannya dengan erat, mencoba mengumpulkan kekuatan lebih. “Lalu kenapa kau perlakukan aku seperti ini Cho?!” tak sempat sebauh kata keluar dari mulutnya, bibir lelaki itu tertahan oleh ucapan Min Rin. “Kenapa kau tiduri wanita lain lagi? Kau tau? Baru kemarin kau memohon maaf padaku dan sekaarang kau lakukan itu lagi?”

“Mianhae” hanya kata itu yang sanggup Kyuhyun ucapkan, sedangkan batinnya begitu merutuki kebodohannya. Hharusnya dia melepas jaketnya sebelum bersentuhan dengan wanita itu.

“Tak taukah kau seberapa berengs** dirimu?” sekali lagi Min Rin mengepalkan tangannya, masih mencoba meminta kekuatan lebih.

“Brengs**  kaubilang? Sudah kukatakan, aku melakukannya karena prinsip bodohmu” dengan entengnya Kyuhyun mengucapkan kalimat itu. Melimpahkan kesalahannya pada orang lain, merupakan salah satu sifat Kyuhyun yang memuakkan. “Jadi itu semua salahmu, bukan salahku”

Min Rin menggigit bibir bawahnya keras, dia tak perduli apakah nanti itu akan berdarah. Hatinya terasa begitu sakit, lebih sakit dari pada luka-luka sebelumnya. Dia menangis, entah untuk keberapa kalinya karena cinta pertamanya. “Brengs**!” hanya kata itu yang keluar dari keluar dari mulutnya, dia beranjak bangkit dari tempatnya, menyambar sebuah benda lalu melenyapkan diri di balik sekat rumah.

***

Gadis itu masih duduk dibawah pohon, dinaungi cahaya bulan yang membuatnya nampak seperti sebuah siluet. Tempat itu tak terlalu terang, tapi juga tak terlalu gelap hingga tak bisa melhat apapun. Tempat ini hanya sebuah taman bermain yang sudah lama tak berfungsi. Terlihat bebrapa karat pada jungkat-jungkit, cat yang mengelupas, juga ayunan yang jika dijalankan akan menimbulkan suara berderit. Sedikit disayangkan, taman bermain penuh kenangan dengan Byul Yi justru menjadi tempat mengerikan seperti ini. Gadis itu memasang earphone di telinganya, memutar lagu I Think dari ponselnya. Seperti yang kukatakan sebelumnya, gadis itu membenci kesunyian. Dibukanya sebuah buku bersampul merah yang sempat dia ambil sebelum meninggalkan rumah Lee ahjumma. Benda yang untuk sesaat mengingatkannya pada seseorang.

_________________________

Aku masih memandang lurus pada selembar kertas putih yang kutemukan beberapa menit lalu di laci mejaku. ‘Sarang’ hanya itu kata yang terukir di dalamnya. Sarang, Love, Cinta, begitulah orang-orang menyebutnya. Tapi tak pernah sedikitpun aku mengerti maksud semua itu. Love, What is it?

Masih kuingat dengan jelas, dulu mendiang ayah mengajarkanku untuk hidup dengan penuh cinta. Beliau bilang, cinta merupakan anugerah Tuhan yang paling besar. Oleh karena itu, aku harus bisa menemukan pasangan hidup yang mencintaiku.

Tapi, pada kenyataannya beliau tak bisa menemukan cinta yang beliau agung-agungkan. Istri yang dinikahinya selama lima belas tahun, menikamnya hanya demi sebuah harta. Membunuhnya secara perlahan.

Jadi, inikah yang di sebut cinta? Membiarkan dirimu dibodohi oleh seseorang, memberikan segala perhatianmu padanya, sedangkan orang itu hanya mengincar hartamu. Apakah ini yang disebut cinta?

_____________________________

Rin merasakan ponselnay bergetar, ada pesan masuk. Perlahan, tangannya tergerak membuka pesan itu, menutup novelnya. Sebelum akhirnya pergi dari taman bermain ini.

***

Min Rin berjalan memasuki kedai pinggir jalan. Dua puluh menit lalu, dia menerima pesan dari Jaehyuk. Sebenarnya, jika dia bisa memilih, dia lebih memilih untuk teriam di bawah pohon, menikamti semilir angin dan terangnya cahaya bulan. Diabandingkan berjalan memasuki sebuah kedai dengan belasan orang mabuk di dalamnya. Tapi mau bagiamana lagi? Terakhir dia menolak untuik bertemu Jaehyuk sekitar sebulan lalu, saat itu Jaehyuk benar-benar menghancurkan rumah Shin Hye dan dan Taehyun, bahkan dia juga membuat keributan di kammpus. Jadi mau bagiamana lagi, yang bisa dia lakukan hanya berdiri di pintu kedai, menolehkan kepalanya mencari sosok itu.

“Han Min Rin!” gadis itu menoleh pada sumber suara, berjalan mendekat. Berdiri di depan lelaki itutanpa berniat duduk sedikitpun.

“Ada apa?”

“To the point sekali, duduklah dulu” Jaehyuk menungkan soju pada gelasnya, menghabiskannya dalam sekali tegukan.

“Katakan, atau aku pergi” Min Rin mengepalkan tangannya, kepalanya mulai pusing.

“Aku butuh uang, wanita murahan itu sudah tak mau memberiku uang” untuk kedua kalinya lelaki itu menuang soju, kali ini sedikit banyak hingga beberapa tumpah.

“Lalu, kaupikir aku akan memberimu? Ya Han JaeHyuk! Tak cukupkah kau membunuh Byul Yi dan sekarang kaumemerasku? Michin, kau tau? Kau membuatku jijik menyandang marga Han” Min Rin terdiam sejank, mencoba mengurangi rasa sakit di kepalanya. “Berhenti menghubungiku, kau bukan siapa-siapaku”

Sejenak, Min Rin menghembuskan nafas, melangkahkan tubuhnya dengan tergesa hingga tanpa sadar diaa menbrak seseorang pada jalanan depan kedai.

“Cheosohamnida”reflex, Min Rin memmbungkukkan badannya. Sedangkan sosok itu hanya terdiam, memunguti beberapa bukunya yang terjatuh juga buku milik Min Rin.

“Ige” suara merdu itu menyodorkan novel warna merah milki Min Rin, melihat gadis itu sedikit mendongak melihat sosok namja yang dia tabrak.

Sepasang mata bulat Min Rin semakin melebar ketika menyadari siapa yang ada di hadapannya. Mata menawan yang menghipnotis, juga segala rahasia yang tersimpan di dalamnya, Min Rin tak akan pernah melupakan mata itu. Si menawan, lelaki yang membuatnya tersenyum secara alamiah untuk pertama kalinya.

“Ah, gomawo” sedikit tregagap, Min Rin meraih novel itu. dia mencoba untuk bersikpa ramah, tersenyum untuk kedua kalinya secara alami karena sosok itu. sedangkan lelaki itu hanya menganggukkan kepalanya lalu berjalan meninggalkan Min Rin yang masih tercengang. “Kau.. menarik”

***

Min Rin membuka matanya tepat ketika alarm pnselnya berbunyi keras. Dikerjapkan matanya sebentar, dan dia merasa benar-benar pusing. Disentuhnya kepalanya yang terasa panas. Demam, dia tau dia belum sepenuhnya sembuh.

“Masih demam?” Min Rin mengangguk pelan, dipeluknya boneka beruang milik Taehyun yang ada di sampingnya. “Pergi ke dokter sana, apa perlu kuantar?”

Kali ini Min Rin menggeleng, “Aku bisa sendiri, jika Kyu mencariku, jangan bilang aku ada disini”

Taehyun menghela nafas berat mendengar perkataan Min Rin, arut mukanya berubah serius, “Jangan bilang kalian bertengkar lagi?”

“Hanya masalah seperti biasanya”

Taehyun menggelng sebentar, “Hanya masalah biasa yang tak bisa Kyuhyun hentikan. Ayolah, jangan jadikan bertengkar sebagai kebiasaan” Min Rin terdiam sebentar. Ditenggelamkan kepalanya pada selimut Taehyun, semalam dia datang kesini dalam keadaan yang cukup memprihatinkan. Dia tak mungkin kembali ke rumah Lee ahjumma, apalgi menginjak rumah Jaehyuk atau Jieun, sedangkan rumah Shin Hye sudah didatanginya minggu lalu.

“Geurrae, ada eomma dibawah, dia begitu merindukanmu. Jiak kau lapar, minta Shin ahjumma memasakkan bubur unnt7ukmu, dan..”

“Aku tau Taehyun, jika kauterus mengomel, kauakan kehilangan kelas pertamamu” Taehyun bergumam sebentar lalu pergi meninggalkan Min Rin.

Sekilas, gadis itu merasa khningan. Hingga nada dering ponselnya terdengar begitu keras.

‘Kyuhyun memanggil’

Itulah yang tertera pada layara ponsel Min Rin. Gadis itu hanay menatap ponselnya dengan datar sampai akhirnya benda itu diam. Di non-aktifkannya benda itu, menyembunyikannya di balik bantal. Lalu dengan perlahan dia menuruni tangga.

***

Seorang wanita paruhbaya tengah bergulat di dapur dengan coklat, tepung juga butter. Ditangannya dia tengah memixxer butter dengan gula. Sedangkan wanita lain yang trelihat lebih tua, tengah mengaduk-ngasuk sesuatu di panci.

“Ahjumma sedang buat apa?” suara Min Rin menginterupsi gerakan tangan wanita itu. membuat wanita itu sedikit mendongak dan menatapnya.

“Hyuk Jae ulangtahun hari ini, jadi ahjumma buatkan brownies kesukaannya” Lee Hyuk Jae  adalah putra sulung keluarga Lee, oppa dari seorang Lee TaeHyun.

“Kenapa tak beli saja? Ahjumma tak perlu repot-repot seperti ini” wanita itu mengulas senyumnya.

“Hyuk Jae lebih suka jika aku membuatkaannya sendiri. Bukankah dulu kau juga suka membuatkan kue untuk Byul Yi? Saat itu, kau memintaku untuk mengajarimu. Ah, manisnya” diam. Pikiran Min Rin melayang entah kemana, untuk sesaat dia iri akan keluarga Taehyun yang harmonis, untuk sesaat dia iri akan saudara Taehyun yang masih hidup, untuk sesaat dia iri akan kehangatan eomma Taehyun. Pikirnya, apa wanita itu juga mengingat hari ulangtahunnya? Sedangkan di otaknya mungkin hanya dipenuhi uang.

“Min Rin buburmu sudah matang, makanlah. Setelah itu, ahjumma akan mengantarmu ke rumah sakit”

“Tak usah, aku bisa sendiri”

“Jangan menolak”

***

Kyuhyun mengacak rambutnya frustasi, pagi ini dia sudah datang melihat rumah Lee ahjumma tapi gadis itu tetap tak ada. Dia juga sudah mengunjungi rumah Jieun dan Jaehyuk, tapi bahkan mereka tak tau beberapa mala mini Min Rin tidur dimana. Sebenarnya, ssejaak sepuluh tahun lalu, kediaman Lee ahjumma tak diketahui kedua orang tua Min Rin. Gadis itu cukup pandai menutupi segalanya. Dan saat ini, Kyuhyun tengah berdiri di depan Universitas tempat Min Rin. Harapannya, gadis itu berjalan melewatinya dan dengan cepat Kyuhyun akan menahannya. Tapi kenyataannya, ketika dia sudah berdiri disana selama tiga puluh menit, tak ada tanda-tanda Min Rin akan muncul, ditambah lagi ponselnya tak bisa dihubungi, non-aktif.

Kyuhyun melepas kaca mata yang sedari tadi dia gunakan, entah sudah berapa kali dia mengumpat sial, tapi umpatannya tak merubah apapun. Lelaki itu berbalik hendak memasuki mobilnya sebelum matanya menangkap sosok gadis berambt pendek.

“Shin Hye-ssi” sosok yang merasa dirinya dipanggl itu menghentikan langkahnya, menoleh kearah orang yang memanggilnya.

“Ada apa?” tanya Shin Hye tajam, gadis itu memang tak pernah suka pada Kyuhyun. Terlihat dari cara Kyuhyun memperlakukan Min Rin, dia benar-benar mengutuk Kyuhyun.

“Apa kau tau dmana Min Rin sekarang?” Kyuhyun terus bertanya, tanpa memperdulikan tatapan tajam Shin Hye.

“Bukankah dua hari ini dia tidur dirumah Lee ahjumma?” Kyuhyun menggeleng pelan, membuat Shin Hye membuka matanya lebar.

“Ya! Setan, kau apakan lagi sahabatku? Awas saja jika terjadi apa-apa pada dia”

“To the point saja, kau tau dia dmana atau tidak?”

Shin Hye menggelengkan kepalanya, sedangkan Kyuhyun hanya mendengus. Lelaki itu berbalik, berjalan meninggalkan Shin Hye. “Ya Cho Kyuhyun, aku serius, jika kau menyakitinya, aku akan membunuhmu bodoh!” teriak Shin Hye tapi tak sedikitpun Kyuhyun menggubrisnya.

.

.

Kyuhyun masuk kedalam mobilnya, meraih ponselnya yang bergetar.

“Yeobseo”

“Oppa kau bilang akan ke apartemenku, kita akan bermain seperti kemarin, kapan?”

Kyuhyun membentuk seringaian di bibirnya. “Lima belas menit lagi, aku sampai di tempatmu. Kita bermain”

***

Min Rin menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang milik Taehyun. Dibukanya novel merah yang kemarin sempat ia bwa. Sedikit mengerutkan kuningnya, pembatasnya terletak pada seperempat novel it, sedngkan yang gadis it baca bahkan baru beberapa lembar pertama. Min Rin menutp kmbli buku itu, menatap cover waarna merahnya dan dia yakin dengan jelas itu adalah novel yang dia beli. Gadis itu membuka lembar pertama, dan disana dia menemukan satu tulisan rapi disudut halaman, P.J.S

Seperti sebuah inisial, tapi Min Rin tak bisa memastikannya. Yang dia tau saat ini adalah novelnya tertukar, dan hanya ada satu orang yang memungkinkan. Si mata menawan.

***

Terduduk di dalam mobil putihnya, sosok itu masih menunggu sahabatnya. Tangannya tengah menggenggam foto lama, dua tahun lalu. Sebuah potret yang menggambarkan seorang gadis berambut pendek tengah menunjukkan cincin yang dia kenakan di jari manisnya, cincin yang pasangannya tengah berada di jari lelaki disebelahnya. Mereka terlihat bahagia, tersenyum lepas seakan komponen kehidupan yang berujdul masalah telah terlepas dari kehidupan mereka. Tatapan sosok itu begitu datar, tak bisa diartikan. Ada rasa terluka yang begitu menyayat di hatinya, tapi tak ada tangisan di matanya. Ironis memang, sosok itu tak tau caranya berekspresi bagaimana mestinya, jika dia terluka harusnya dia menangis, jika dia dipermainkan harusnya dia marah, tapi sosok itu tak tau harus marah pada siapa, tak tau apa menangis bisa merubah sesuatu atau tidak, dia hanya memendam itu sendiri dalam hatinya. Membuat satu ruang menyedihkan didalam sana, menimbun semua perasaannya dalam-dalam, membawa kabut dalam pancaran matanya, dia tak ingn orang-orang tau bagaimana menyedihkannya dia saat ini. Tangan sosok itu mengepal erat, ingin rasanya dia menghancurkan potret itu, tapi hanya benda itu yang tersisa dari kisah empat tahun yang brakhir dua tahun lalu. Potret-potret diri mereka yang lain telah sosok itu bakar, menjadi abu yang hitam. Amarah yang meluap-luap dua tahun lalu, tak ada yang bisa menghentikannya.

“Hei, aku sudah dapatkan koleksi lagu lama yang kauincar” suara Yesung-sahabat sosok itu-yang tiba-tiba membuatnya dengan tergesa memasukkan potret itu ke dalam saku jaketnya.

Dia tak ingin seseorang mengetahui jika dirinya brlum bisa melupakan kenangan dua tahun lalu, jika dirinya masih semenyedihkan dulu. “Baiklah, kita pulang”

***

Min Rin meneguk segelas susu coklat yang beberapa menit lalu dibuatkan Shin ahjumma. Saat ini, dia sedang berada di ruang tamu, berkumpul dengan keluarga Taehyun merayakan ulangtahun Hyuk Jae. Berulang kali gadis itu menghela nafas, atmosfir keharmonisan keluarga ini membuat dadanya sedikit sesak. Dirinya yang dulu tak pernah memperdulikan bagaimana kehidupan keluarganya, entah kenapa akhir-akhir ini lebih memikirkannya. Harapan jika hari itu Jieun tak meminta cerai, harapan jika hari itu Jaehyuk tak mengatai wanita itu dengan kasar, harapan jika hari itu Byul Yi tak meninggalkannya, harapan-harapan itulah yang mulai kembali berkembang pada benak Min Rin. Gadis itu, jauh dalam lubuk hatinya, begitu merindukan keharmonisan, begitu merindukan apa yang disebut keluarga.

“Han Min Rin, kenapa kau diam saja? Tak ingin mengucapkan sesuatu untuk calon suamimu?” Min Rin mencoba untuk tersenyum menanggapi godaan Hyuk Jae. Dia tau, lelaki itu dulu pernah menyukainya. “Diamlah oppa, dia sudah punya kyuhyun” suara Taehyun mewakili Min Rin untuk menjawab. Membuat Hyuk Jae sedikit mendengus mendengar nama itu.

“Apa hebatnya Si Kyuhyun itu?”

“Apa hebatnya juga dirimu? Mana, kaubilang akan membawa calon menantuku kesini?” Nyonya Lee meneguk tehnya sebentar, memandang Hyuk Jae dengan tatapan menuntut. Diikuti tatapan lain yang mulai terlihat menghakiminya.

“Aku memutuskannya tsdi pagi, mana tahan aku dengan wanita yang bahkan lebih manja dari uri Taehyun”

“Omona oppa, kau akan kalah taruhan dengan Shin Hye” teriak Taehyun, dia benar-benar menjadi sosok yang childish jika sudah dilingkungan rumahnya.

“Taruhan?” Min Rin mengulang pernyataan Taehyun, nadanya terdengar bertanya.

“Shin Hye taruhan dengan oppa, kalau oppa bisa bertahan pacran dengsn Geul eonni selama sebulan, Shin Hye akan memberikan uang mingguannya selama sebulan begitu juga sebaliknya” Min Rin menggelengkan kepalanya, ada-ada saja tingkah orang ini.

“Dia tak akan tau jika kau tutp mulut”

“Sayangnya aku tak tertarik untuk tutup mulut” TaeHyun tersenyum mengejek ke aarah Hyuk Jae, “Min Rin, kaubawa ponselkan? Cepat hubungi Shin Hye” gadis itu menatap Taehyun dengan ragu. “Ppalliwa”

Gadis itu mengeluarkan ponselnya, mengaktifkannya dengn wajah ragu. Tepat, baru beberapa menit ponsel itu aktif, nada deringnya menggema meskpun tak terlalu keras, lima pesan masuk dan tanpa melihatpun dia sudah tau itu dari siapa. Gadis berambut panjang itu menyerahkan ponselnya pada Taaehyun yang masih bergulat dengan Hyuk Jae, selama beberapa menit berada di tangan Taehyun, entah apa yang dia lakukan. Sejenak, setelah ponsel itu kembaali nada dering terdengar lagi, panggilan masuk dan Min Rin hanya menatapnya tanpa berniat mematikannya atau mengangkatnya. Tiga menit kemudian suara itu mulai berhanti meraung. Sejenak Min Rin menatap ponselnya dengan ragu sebelum akhirnya menyambarnya, menjauhkan dirinya dari keluarga Lee tersebut. Ditekannya nomor lelaki yang beberapa menit lalu menghubunginya.

“yeobseo” min rin membeku, suara it, suara seorang wanita.

-tbc-

Eotthoke? Jangan lupa comment, Mian kalo disini ada kata-kata gak kasar yang lupa saya sensor, Mian *Deepbow

Leave a comment